Rabu, 04 Mei 2011

perbandingan teori piaget dan skinner


BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Burrhus Frederic Skinner (1904-1990) adalah seorang psikolog Amerika Serikat yang terkenal dari aliran behaviorisme. Skinner lebih menekankan pada berbagai eksperimen untuk membuktikan bahwa lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan.
Sedangkan Jean Peaget merupakan salah satu tokoh dalam teori kongnitif. Teori ini memiliki  pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan proses dari pada hasil. Akan terjalinnya suatu proses interaksi yang baik akan memungkinkan seseorang mendapat pengalaman dan pemahamann yang baru. Disini Piaget melihat bahwa anak yang berbeda umurnya menggunakna cara berfikir yang berbeda. Inilah yang mempengaruhi pandangan Piaget tentang adanya tahap-tahap perkembangan kognitif anak.  Jadi tidak hanya dari lingkungan saja tetapi melibatkan keadaan psikologi masing-masing anak dalam perkembangan intelektualnya. Karena setiap anak memiliki perbedaan dalam hal kemampuannya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa dasar pemikiran teori pembelajaran Skinner dan Piaget?
2.      Apa perbedaan antara teori belajar Skinner dengan Piaget?
3.      Apa persamaan antara teori belajar Skinner dengan Piaget?

C.     Tujuan
1.      Mengetahui dasar pemikiran teori pembelajaran Skinner dan Piaget.
2.      Mengetahui perbedaan antara teori belajar Skinner dengan Piaget.
3.      Mengetahui persamaan antara teori belajar Skinner dengan Piaget.


Bab II
ISI
Burrhus Frederick Skinner (1904-1990) adalah seorang psikolog Amerika Serikat terkenal dari aliran behaviorisme. Beberapa teori behaviristik menngunakan istilah seperti dorongan, motivasi, dan tujuan untuk menjelaskan aspek tertentu dari perilaku manusia dan non manusia. Menurut Skinner aspek yang dapat diamati dan diukur dari lingkungan, perilaku organisme, dan dari akibat perilaku itulah yang merupakan hal penting untuk eksperimennya.
Teori belajar behavioristik mendefinisikan bahwa belajar merupakan perubahan perilaku, khususnya perubahan kapasitas siswa untuk berperilaku yang (baru) sebagai hasil belajar, bukan sebagai proses pematangan (pendewasaan) semata. Jadi perubahan manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang akan memberikan beragam pengalaman pada sesorang. Teori ini sangat menekankan pada hasil belajar, yaitu perubahan tingkah laku yang dapat dilihat dan tidak begitu memperhatikan apa yang terjadi di dalam otak manusia*
Inti pemikiran Skinner adalah setiap manusia bergerak karena mendapatkan rangsangan dari lingkungannya. Sistem tersebut dinamakan “Cara Kerja yang Menentukan” (Operant Conditioning). Setiap makhluk hidup pasti selalu berada dalam proses yang berhubungan dengan lingkungan.  Dalam proses itu makhlu hidup menerima rangsangan tertentu yang membuat ia dapat bertindak sesuatu.
Teori yang terkenal dari Skinner adalah Operant Conditioning yang memiliki 6 asumsi dasar :
1.      Hasil belajar merupakan perilaku yang dapat diamati
2.      Dinamika interaksi antar individu dengan lingkungannya bersifat relatif
3.      Sumber data yang tepat adalah dari perilaku masing-masing individu
4.      Perubahan perilaku hasil belajar berhubungan dengan perubahan situasi di lingkungan
5.      Hubungan antar perilaku dan lingkungan dapat ditentukan dari elemen perilaku dan kondisi percobaan diukur secara fisik yang terkontrol ketat.
6.      Data hasil percobaan merupakan data yang digunakan untuk mengkaji alasan munculnya suatu perilaku.        
Tujuan pendidikan ditentukan oleh guru atau pendidik sebagai lingkungan, sehingga bersifat eksternal. Peserta didik dianggap tidak perlu melakukan pengendalian belajar sendiri. Guru atau tenaga kependidikan berperan sebagai pengambil inisiatif dan pengendali proses pembelajaran. (Modul Pendidikan Anak di SD, Universitas Terbuka, 2008). Menurut Crain (1980:9) guru, orang tua, dan pebdidik harus memberikan penguatan terutama yang bersifat psikologis dan menghindari penguatan yang bersifat kebendaan. Sedangkan penghargaan seharusnya diberikan hanya kepada perilaku yang masuk akal, yang tidak bersifat memanjakan dan menghindari hukuman yang bersifat fisik.
      Menurut Skinner, proses belajar terjadi dengan adanya tiga komponen pokok, yaitu stimulus, respon, dan akibat. Stimulus adalah sesuatu yang datang dari lingkungan yang dapat membangkitkan respon individu. Respon menimbulkan perilaku jawaban atas stimulus. Sedangkan akibat adalah suatu yang terjadi setelah individu merepon baik yang bersifat positif maupun negatif.(Modul Pendidikan Anak di SD, Universitas Terbuka, 2008).
            Berbagai macam percobaan-percobaan yang dilakukan  Skinner membuktikan bahwa tingkah laku dikontrol sepenuhnya oleh lingkungan luar. Contohnya pada saat Skinner melakukan percobaan terhadap seekor tikus. Tikus itu dengan sengaja melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dirinya. Karena itu respons berkondisi dalam percobaan Skinner disebut sebagai respons operant atau tingkah laku operan (operant behavior), sedangkan stimulus berkondisinya disebut stimulus operan.
Jalan percobaannya adalah sebagai berikut: Skinner memasukkan seekor tikus ke dalam sebuah kotak yang khusus dibuat untuk percobaan ini. Tikus itu akan bergerak ke sana kemari dan sekali-kali secara kebetulan ia akan menginjak sebuah alat penekan yang terdapat dalam kotak itu. Kemudian Skinner memasukkan makanan (stimulus tak berkondisi). Setiap kali tikus menginjak alat penekan, makanan akan keluar dan tikus akan memakan makanan itu (respons tak berkondisi). Dan hal itu berjalan secara berulang-ulang. Dan tikus akan tahu bahwa dengan menekan alat ia akan bisa memperoleh makanan. Maka ia akan dengan sengaja menekan alat tiap kali ia membutuhkan makanan. Perbuatan menekan alat ini disebut tingkah laku operan.
suspiciousboy.blogspot.com
Bab III
KESIMPULAN
          Terdapat  beberapa perbedaan pada teori Skinner dengan teori Piaget. Diantaranya terlihat pada tabel berikut ini.
Konteks Perbedaan
Burrhus Frederick Skinner
Jean Piaget
Aspek  psikologis
Cenderung mengabaikan pengaruh psikologis dan hanya berpusat dari segi fisik
Mengutamakan pengaruh psikologis atau proses mental
Interaksi dengan lingkungan
Lingkungan yang paling berpengaruh dan yang membentuk tingkah laku serta tidak mempedulikan faktor internal
Saling berkaitan antara individu dengan lingkungan sehingga terjalinlah suatu interaksi
Faktor situasi
Melalui percobaan-percobaannya yang sudah dilakukan (di masa lalu) sehingga ia dapat secara langsung memprediksikan respon yang akan muncul di masa depan oleh karena hasil dari percobaannya
Berpusat pada perkembangan saat ini (masa sekarang), kemudian dipelajari sehingga nantinya dapat memprediksi suatu perkembangannya akan menuju ke suatu kecenderungan arah

          Dalam teori Skinner dijelaskan melalui percobaan-percobaannya bahwa faktor lingkungan adalah yang paling berpengaruh terhadap suatu perkembangan. Ia tidak mempedulikan faktor internal pada diri suatu organisme. Ia dapat memprediksikan respon apa yang akan muncul pada suatu organisme apabila diberi rangsangan-rangsangan melalui percobaan-percobaannya. Hasil dari percobaannya tersebut hanya diukur dari segi fisik saja atau secara fisiologis hal apa yang nampak sebagai respon dari adanya suatu rangsangan.
          Akan tetapi pada teori Piaget lebih menekankan pada adanya suatu aktifitas mental atau psikologi dari individu tersebut

 oleh :
Dwi Jayanti 101134210
Tri Handayani 101134211
Bernadeth Resa Lukitasari 101134222

Teori Gestalt


Latar Belakang Munculnya Teori Gestalt


     Munculnya teori ini dipengaruhi oleh tokoh tokohnya yang belum merasa puas dengan penemuan para ahli sebelumnya.

Fondasi psikologi Gestalt didirikan pada tahun 1980 melalui naskah yang diterbitkan oleh seorang Jerman bernama Christian Von Ehrenfels .

 Ada beberapa pertanyaan perspektif yang tidak bisa dijawab oleh Christian Von Ehrenfles.

Solusi untuk maslah tersebut ditemukan secara kebetulan oleh Max Wertheimer dalam perjalanannya dengan menggunakan kereta api

Tokoh tokoh teori Gestalt

¨  Max Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1980. konsep pentingnya adalah Phi Phenomenon yaitu bergeraknya obyek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat, dan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi.

¨  Wolfgang Kohler lahir di Reval Estonia pada tanggal 21 Januari 1887. Saat bertugas sebagai asisten dari F. Schumman, ia bertemu dengan Wartheimer dan Koffka. Kohler meneliti tentang “insight” pada simpanse yaitu mengenai mentalitas simpanse (ape) di pulau Canary.

¨  Kurt Koffka lahir di Berlin pada tanggal 18 maret 1886. bersama dengan Werthmeir dan Kohler mendirikan aliran Psikologi Gestalt di Berlin.


EXPERIMEN GESTALT


      Seekor simpanse diletakkan di dalam sangkar. Pisang digantung di atas sangkar. Di dalam sangkar terdapat beberapa kotak berlainan jenis. Mula-mula hewan itu melompat-lompat untuk mendapatkan pisang itu tetapi tidak berhasil. Karena usaha-usaha itu tidak membawa hasil, simpanse itu berhenti sejenak, seolah-olah memikir cara untuk mendapatkan pisang itu. Tiba-tiba hewan itu dapat sesuatu ide dan kemudian menyusun kotak-kotak yang tersedia untuk dijadikan tangga dan memanjatnya untuk mencapai pisang itu.


  Teori gestalt

¨  Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan .

¨  Teori Gestalt lebih menekankan pada Persepsi .

¨  Menurut teori ini manusia bukanlah sekedar makhluk yang hanya bisa bereaksi jika ada stimulus yang mempengaruhinya. Tetapi lebih dari pada itu manusia adalah makluk individu yang utuh antara jasmani dan rohaninya .

¨  Dengan demikian pada saat manusia bereaksi dengan lingkungannya, manusia tidak sekedar merespons, tetapi juga melibatkan unsur subyektivitasnya yang antara masing-masing individu bisa berlainan.

¨  Berbeda dengan teori-teori yang dikemukakan oleh para tokoh behaviorisme, terutama Thorndike, yang menganggap bahwa belajar sebagai proses trial and error, teori gestalt memandang bahwa belajar adalah proses yang didasarkan pada pemahaman, karena pada dasarnya setiap tingkah laku seseorang selalu didasarkan pada kognisi yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku tersebut terjadi.


ASUMSI ASUMSI TEORI GESTALT

¨  Perilaku molar hendaknya lebih banyak dipelajari daripada perilaku molekular.
a.    Perilaku molar adalah perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar.
b.    Perilaku molekular adalah perilaku dalam bentuk kontraksi otot atau keluarnya kelenjar.
¨  Organisme tidak mereaksi terhadap unsur atau suatu bagian peristiwa akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau peristiwa.
Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti : sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari prinsip ini. Contoh lain, gumpalan awan tampak  seperti gunung atau binatang tertentu

¨  Hal yang paling penting dalam mempelajari perilaku adalah membedakan antara lingkungan geografis dan lingkungan lingkungan behavioral .
a.    Lingkungan geografis adalah lingkungan yang sebenarnya ada.
b.     Lingkungan behavioral merujuk pada sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari jauh seolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat (lingkungan geografis).

¨  Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan suatu proses yang dinamis bukan sebagai suatu reaksi yang statis.
Proses pengamatan merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan tafsiran  terhadap rangsangan yang diterima.


HUKUM HUKUM PERSPEKTIF GESTALT

1. Hukum keterdekatan
Hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung dianggap sebagai suatu totalitas.

2. Hukum ketertutupan
Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas tersendiri.

3. Hukum kesamaan
Hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu kelompok atau suatu totalitas. Contohnya :
O O O O O O O O O O O O O
X X X X X X X X X X X X X
O O O O O O O O O O O O O
Deretan bentuk di atas akan cenderung dilihat sebagai deretan-deretan mendatar dengan bentuk O dan X berganti-ganti bukan dilihat sebagai deretan-deretan tegak.
4. Hukum kontinuitas
Orang akan cenderung mengasumsikan pola kontinuitas pada obyek-obyek yang ada.


IMPLIKASI TEORI GESTELT DALAM PEMBELAJARAN

1.     Belajar
Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar, terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap suatu problem. Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
a.    Pengalaman tilikan (insight) : bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.

b.    Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) : kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari.

c.    Perilaku bertujuan (purposive behavior) bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.

d.    Prinsip ruang hidup (life space) : bahwa perilaku individu                                             memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.

e.    Transfer dalam Belajar yaitu pemindahan pola-pola perilaku     dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tatasusunanyang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.

2.    Insight

Pemecahan masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses pengujian berbagai dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight, individu mampu menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses trial-error lagi. Konsep insight ini adalah fenomena penting dalam belajar, ditemukan oleh Kohler dalameksperimen yang sistematis. Timbulnya insight pada individu tergantung pada :

a. Kesanggupan
Kesanggupan berkaitan dengan kemampuan inteligensi individu.

b. Pengalaman
Dengan belajar, individu akan mendapatkan suatu pengalaman dan pengalaman itu akan menyebabkan munculnya insight.

c. Taraf kompleksitas dari suatu situasi
Semakin kompleks masalah akan semakin sulit diatasi.

d. Latihan
Latihan yang banyak akan mempertinggi kemampuan insight dalam situasi yang bersamaan.

e. Trial and Error
Apabila seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah, seseorang akan melakukan percobaan-percobaan hingga akhirnya menemukan insight untuk memecahkan masalah tersebut.

.Watson sebagai tokoh aliran behaviorisme menentangWundt (strukturalisme),  sementara itu di Jerman juga terjadi arus yang menentang apa yang dikemukakan oleh Wundt dan Tithecener atau kaum strukturalis pada umumnya, yaitu aliran Gestalt yang dipelopori oleh Max Wertheimer dengan artikelnya “On Apparent Movement”, yang terbit pada tahun 1912. Aliran ini juga menentang aliran behaviorisme yang mempunyai pandangan yang elementaristik. Menurut Gestalt, baik strukturalisme maupun behaviorisme kedua-duanya melakukan kesalahan, yaitu karena mengadakan atau menggunakan reductionistic approach, keduanya mencoba membagi pokok bahasan menjadi elemen-elemen.Strukturalisme mereduksi perilaku dan berpikir sebagai elemen dasar, sedangkan behaviorisme mereduksi perilaku menjadi kebiasaan (habits), respons berkondisi atau secara umum dapat dikemukakan hubungan stimulus-respon. Aliran Gestalt tidak setuju mengenai reduksi ini. Pandangan pokok psikologi Gestalt adalah berpusat bahwa apa yang dipersepsi itu merupakan suatu kebulatan, suatu unity atau suatu Gestalt. Psikologi Gestalt semula memang timbul berkaitan dengan masalah persepsi, yaitu pengalaman Wertheimer di stasiun kereta api yang disebutnya sebagai phi phenomena. Dalam pengalaman tersebut sinar yang tidak bergerak dipersepsi sebagai sinar yang bergerak (Garret, 1958). Walaupun secara objektif sinar itu tidak bergerak. Dengan demikian maka dalam persepsi itu ada peran aktif dalam diri perseptor. Ini berarti bahwa dalam individu mempersepsi sesuatu tidak hanya bergantung pada stimulus objektif saja, tetapi ada aktivitas individu untuk menentukan hasil persepsinya. Apa yang semula terbatas pada persepsi, kemudian berkembang dan berpengaruh pada aspek-aspek lain, antara lain dalam psikologi belajar. Bagi para ahli pengikut Gestalt, perkembangan itu adalah proses diferensiasi.Dalam proses diferensiasi itu yang primer adalah keseluruhan, sedangkan bagian-bagian adalah sekunder, bagian-bagian hanya mempunyai arti sebagai bagian daripada keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lainnya, keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul oleh bagian-bagiannya. Bila kita bertemu dengan seorang teman misalnya, dari kejauhan yang kita saksikan terlebih dahulu bukanlah bajunya yang baru atau pulpennya yang bagus, atau dahinya yang terluka, melainkan justru teman kita itu sebagai keseluruhan, sebagai Gestalt; baru kemudian menuyusul kita saksikan adanya hal-hal khusus tertentu seperti bajunya yang baru, pulpennya yang bagus, dahinya yang terluka, dan sebagainya.


·         oleh:
     Sergius Prastowo Dwi A
·         Lidwina Lukita Sari
·         Maria Sulisnawati