Rabu, 04 Mei 2011

Teori Gestalt


Latar Belakang Munculnya Teori Gestalt


     Munculnya teori ini dipengaruhi oleh tokoh tokohnya yang belum merasa puas dengan penemuan para ahli sebelumnya.

Fondasi psikologi Gestalt didirikan pada tahun 1980 melalui naskah yang diterbitkan oleh seorang Jerman bernama Christian Von Ehrenfels .

 Ada beberapa pertanyaan perspektif yang tidak bisa dijawab oleh Christian Von Ehrenfles.

Solusi untuk maslah tersebut ditemukan secara kebetulan oleh Max Wertheimer dalam perjalanannya dengan menggunakan kereta api

Tokoh tokoh teori Gestalt

¨  Max Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1980. konsep pentingnya adalah Phi Phenomenon yaitu bergeraknya obyek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat, dan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi.

¨  Wolfgang Kohler lahir di Reval Estonia pada tanggal 21 Januari 1887. Saat bertugas sebagai asisten dari F. Schumman, ia bertemu dengan Wartheimer dan Koffka. Kohler meneliti tentang “insight” pada simpanse yaitu mengenai mentalitas simpanse (ape) di pulau Canary.

¨  Kurt Koffka lahir di Berlin pada tanggal 18 maret 1886. bersama dengan Werthmeir dan Kohler mendirikan aliran Psikologi Gestalt di Berlin.


EXPERIMEN GESTALT


      Seekor simpanse diletakkan di dalam sangkar. Pisang digantung di atas sangkar. Di dalam sangkar terdapat beberapa kotak berlainan jenis. Mula-mula hewan itu melompat-lompat untuk mendapatkan pisang itu tetapi tidak berhasil. Karena usaha-usaha itu tidak membawa hasil, simpanse itu berhenti sejenak, seolah-olah memikir cara untuk mendapatkan pisang itu. Tiba-tiba hewan itu dapat sesuatu ide dan kemudian menyusun kotak-kotak yang tersedia untuk dijadikan tangga dan memanjatnya untuk mencapai pisang itu.


  Teori gestalt

¨  Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan .

¨  Teori Gestalt lebih menekankan pada Persepsi .

¨  Menurut teori ini manusia bukanlah sekedar makhluk yang hanya bisa bereaksi jika ada stimulus yang mempengaruhinya. Tetapi lebih dari pada itu manusia adalah makluk individu yang utuh antara jasmani dan rohaninya .

¨  Dengan demikian pada saat manusia bereaksi dengan lingkungannya, manusia tidak sekedar merespons, tetapi juga melibatkan unsur subyektivitasnya yang antara masing-masing individu bisa berlainan.

¨  Berbeda dengan teori-teori yang dikemukakan oleh para tokoh behaviorisme, terutama Thorndike, yang menganggap bahwa belajar sebagai proses trial and error, teori gestalt memandang bahwa belajar adalah proses yang didasarkan pada pemahaman, karena pada dasarnya setiap tingkah laku seseorang selalu didasarkan pada kognisi yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku tersebut terjadi.


ASUMSI ASUMSI TEORI GESTALT

¨  Perilaku molar hendaknya lebih banyak dipelajari daripada perilaku molekular.
a.    Perilaku molar adalah perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar.
b.    Perilaku molekular adalah perilaku dalam bentuk kontraksi otot atau keluarnya kelenjar.
¨  Organisme tidak mereaksi terhadap unsur atau suatu bagian peristiwa akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau peristiwa.
Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti : sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari prinsip ini. Contoh lain, gumpalan awan tampak  seperti gunung atau binatang tertentu

¨  Hal yang paling penting dalam mempelajari perilaku adalah membedakan antara lingkungan geografis dan lingkungan lingkungan behavioral .
a.    Lingkungan geografis adalah lingkungan yang sebenarnya ada.
b.     Lingkungan behavioral merujuk pada sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari jauh seolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat (lingkungan geografis).

¨  Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan suatu proses yang dinamis bukan sebagai suatu reaksi yang statis.
Proses pengamatan merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan tafsiran  terhadap rangsangan yang diterima.


HUKUM HUKUM PERSPEKTIF GESTALT

1. Hukum keterdekatan
Hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung dianggap sebagai suatu totalitas.

2. Hukum ketertutupan
Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas tersendiri.

3. Hukum kesamaan
Hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu kelompok atau suatu totalitas. Contohnya :
O O O O O O O O O O O O O
X X X X X X X X X X X X X
O O O O O O O O O O O O O
Deretan bentuk di atas akan cenderung dilihat sebagai deretan-deretan mendatar dengan bentuk O dan X berganti-ganti bukan dilihat sebagai deretan-deretan tegak.
4. Hukum kontinuitas
Orang akan cenderung mengasumsikan pola kontinuitas pada obyek-obyek yang ada.


IMPLIKASI TEORI GESTELT DALAM PEMBELAJARAN

1.     Belajar
Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar, terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap suatu problem. Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
a.    Pengalaman tilikan (insight) : bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.

b.    Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) : kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari.

c.    Perilaku bertujuan (purposive behavior) bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.

d.    Prinsip ruang hidup (life space) : bahwa perilaku individu                                             memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.

e.    Transfer dalam Belajar yaitu pemindahan pola-pola perilaku     dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tatasusunanyang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.

2.    Insight

Pemecahan masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses pengujian berbagai dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight, individu mampu menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses trial-error lagi. Konsep insight ini adalah fenomena penting dalam belajar, ditemukan oleh Kohler dalameksperimen yang sistematis. Timbulnya insight pada individu tergantung pada :

a. Kesanggupan
Kesanggupan berkaitan dengan kemampuan inteligensi individu.

b. Pengalaman
Dengan belajar, individu akan mendapatkan suatu pengalaman dan pengalaman itu akan menyebabkan munculnya insight.

c. Taraf kompleksitas dari suatu situasi
Semakin kompleks masalah akan semakin sulit diatasi.

d. Latihan
Latihan yang banyak akan mempertinggi kemampuan insight dalam situasi yang bersamaan.

e. Trial and Error
Apabila seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah, seseorang akan melakukan percobaan-percobaan hingga akhirnya menemukan insight untuk memecahkan masalah tersebut.

.Watson sebagai tokoh aliran behaviorisme menentangWundt (strukturalisme),  sementara itu di Jerman juga terjadi arus yang menentang apa yang dikemukakan oleh Wundt dan Tithecener atau kaum strukturalis pada umumnya, yaitu aliran Gestalt yang dipelopori oleh Max Wertheimer dengan artikelnya “On Apparent Movement”, yang terbit pada tahun 1912. Aliran ini juga menentang aliran behaviorisme yang mempunyai pandangan yang elementaristik. Menurut Gestalt, baik strukturalisme maupun behaviorisme kedua-duanya melakukan kesalahan, yaitu karena mengadakan atau menggunakan reductionistic approach, keduanya mencoba membagi pokok bahasan menjadi elemen-elemen.Strukturalisme mereduksi perilaku dan berpikir sebagai elemen dasar, sedangkan behaviorisme mereduksi perilaku menjadi kebiasaan (habits), respons berkondisi atau secara umum dapat dikemukakan hubungan stimulus-respon. Aliran Gestalt tidak setuju mengenai reduksi ini. Pandangan pokok psikologi Gestalt adalah berpusat bahwa apa yang dipersepsi itu merupakan suatu kebulatan, suatu unity atau suatu Gestalt. Psikologi Gestalt semula memang timbul berkaitan dengan masalah persepsi, yaitu pengalaman Wertheimer di stasiun kereta api yang disebutnya sebagai phi phenomena. Dalam pengalaman tersebut sinar yang tidak bergerak dipersepsi sebagai sinar yang bergerak (Garret, 1958). Walaupun secara objektif sinar itu tidak bergerak. Dengan demikian maka dalam persepsi itu ada peran aktif dalam diri perseptor. Ini berarti bahwa dalam individu mempersepsi sesuatu tidak hanya bergantung pada stimulus objektif saja, tetapi ada aktivitas individu untuk menentukan hasil persepsinya. Apa yang semula terbatas pada persepsi, kemudian berkembang dan berpengaruh pada aspek-aspek lain, antara lain dalam psikologi belajar. Bagi para ahli pengikut Gestalt, perkembangan itu adalah proses diferensiasi.Dalam proses diferensiasi itu yang primer adalah keseluruhan, sedangkan bagian-bagian adalah sekunder, bagian-bagian hanya mempunyai arti sebagai bagian daripada keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lainnya, keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul oleh bagian-bagiannya. Bila kita bertemu dengan seorang teman misalnya, dari kejauhan yang kita saksikan terlebih dahulu bukanlah bajunya yang baru atau pulpennya yang bagus, atau dahinya yang terluka, melainkan justru teman kita itu sebagai keseluruhan, sebagai Gestalt; baru kemudian menuyusul kita saksikan adanya hal-hal khusus tertentu seperti bajunya yang baru, pulpennya yang bagus, dahinya yang terluka, dan sebagainya.


·         oleh:
     Sergius Prastowo Dwi A
·         Lidwina Lukita Sari
·         Maria Sulisnawati


0 komentar:

Posting Komentar